Aliran-aliran atau paham-paham dalam islam di Indonesia bermula
dari sejak zaman sahabat Rasulullah SAW, disebabkan karena berbeda pemahaman
mengenai islam itu sendiri. Persoalan yang pertama-tama muncul dalam Islam
adalah persoalan di bidang politik. Waktu Nabi Muhammad Saw. wafat, muncul
persoalan siapa yang berhak menjadi penggantinya sebagai khalifah. Menurut
sejarah, Abu Bakar disetujui menjadi Khalifah pertama. Khalifah kedua, Umar,
ketiga Usman,dan keempat Ali. Terbunuhnya Usman dan naiknya Ali menjadi
Khalifah keempat kemudian menimbulkan masalah. Beranjak dari hal tersebut
muncul berbagai macam aliran seperti khawarij, syi’ah, Ahlussunnah wal jama’ah,
muktazilah, murji’ah dan lain sebagainya. Khawarij adalah pasukan Ali yang
sejak semula tidak setuju dengan perdamaian pasca perang siffin (ali vs
muawiyah) keluar dari barisan Ali dan menjadi penentangnya dan sekaligus
penentang Muawiyah. Mereka memandang pelaku dosa besar kafir. Kemudian beranjak dari hal
kafir muncul aliran Murjiah yang memandang pelaku dosa besar tetap mukmin dan
hukumannya ditangguhkan kepada Mahkamah Allah untuk mengampuninya atau tidak
mengampuninya. Aliran Muktazilah yang memandang pelaku dosa besar berada di
antara dua posisi mukmin dan kafir (almanzilah bain almanzilatain). Diluar
aliran tersebut ada aliran Ahlusunnah wal Jama’ah yang memandang Allah
mengetahui dengan ilmu, hidup dengan hayah, menghendaki dengan iradah.
Demikianlah lahir dan berkembang aliran-aliran dalam
Islam. Masing-masing berkembang menjadi sekte-sekte. Sebagian sekte ini masih
dalam lingkaran Islam dan sebagian lagi sudah tergelincir dari Islam.
Misalnya,sekte Ajaridah dari Khawarij tidak mengakui surat Yusuf sebagi bagian
dari Alquran. Sebab, menurut mereka cerita porno tidak layak menjadi isi Kitab
Suci Alquran. Sekte Sabaiyah dari Syiah yang berpendapat bahwa wahyu itu
seharusnya diturunkan kepada Ali, tetapi Jibril tersalah menurunkannya kepada
Muhammad Saw. Tentunya paham-paham seperti ini sudah tergelincir dari Islam[1].
Oleh karena itu munculah berbagai macam aliran islam di Indonesia.
Di negara Indonesia, tepatnya pada awal abad ke-20
muncul gerakan Wahabi yang dipimpin oleh raja Abdul Aziz Ibn Saud. Ketika
terjadi Perang Dunia I tahun 1914 – 1918, hubungan tanah suci Mekah dengan Indonesia
kemudian terputus, sehingga dalam kondisi yang demikian banyak ulam-ulama Jawi
yang kembali ke Indonesia, dan kemudian menyebarkan ilmunya ke seluruh
Indonesia tahun 1916 . Untuk menampung ulama – ulama itu, sebagai wadahnya pada
waktu itu di Indonesia sudah ada Jam’iyatul Chair yang berpusat di Jakarta
dengan cabang-cabangnya , Ar Robithah Al Alawiyah , Al Irsyad dan SI ( Sarikat
Islam ), dan juga Muhammadiyah yang berpusat di Yogyakarta. Kemudian ulama-ulama
Jawi akhirnya membentuk organisasi sendiri dikarenakan Belanda membatasi gerak
Jam’iyatul Choir, maka muncullah organisasi – organisasi Islam dengan nama yang
bermacam – macam di seluruh Indonesia, sebagai perwujudan lahirnya alam pikiran
Islam Modern di Indonesia. Aliran-aliran islam di Indonesia ada yang bersifat
soft (tenang, lembut) dan ekstrim (keras) serta adapula yang keras dalam
pemikiranya akan tetapi perilaku sehari-hari seperti biasa. Dalam makalah ini
penyusun hanya akan menjelaskan mengenai aliran islam yang bersifat soft
(tanang, lembut) saja. Adapun aliran soft Islamic yang berkembang di Indonesia
pada zaman modern ini adalah sebagai berikut:
a) Muhammadiyyah
Muhammadiyah lahir di daerah Yogyakarta berdasarkan
kesepakatan dengan Syeh Ahmad Surkaty dan bekerjasama dengan Sarekat Islam yang
dipimpin oleh HOS Cokroaminoto, yang dipelopori oleh KH. A. Dahlan. Pada zaman dahulu Muhammadiyah
merupakan simpatisan dari organisasi Al-Irsyad (salah satu pecahan dari
organisasi jami’atul chair). Muhammadiyah lebih menitik-beratkan kepada
pendidikan, pembentukan kader yang sanggup ber-ijtihad. Selain itu, Muhammadiyah
sebagai organisasi yang berasaskan Islam bertujuan untuk menegakkan dan
menjunjung tinggi agama Islam, sehingga terwujud masyarakat Islam yang
sebenarnya. Untuk mencapai tujuannya maka diadakan usaha – usaha antara lain[2]
:
1. Membentuk
majlis Tabligh,
2. Mendirikan
Sekolah-sekolah
3. Membentuk
Majlis Tarjih
4. Mendirikan
Panti Asuhan dan PKU untuk mengurusi orang sakit
5. Mendirikan
orgnisasi Aisyiyah untuk kaum wanita
Dewasa ini, Muhammadiyah merupakan
aliran islam mayoritas yang banyak penganutnya di Negara indonesia.
b) Nahdlatul
Ulama (Kebangkitan Ulama atau Kebangkitan Cendekiawan Islam)
Nahdlatul Ulama adalah
sebuah organisasi Islam yang terbesar nomor 1 di Indonesia. Organisasi ini berdiri
pada 31 Januari 1926/16 Rajab 1344 H dan bergerak di bidang pendidikan, sosial,
dan ekonomi. Organisasi ini dipimpin oleh K.H. Hasyim Asy'ari sebagai Rais
Akbar. NU menganut paham Ahlussunah waljama'ah, sehingga sumber pemikiran bagi
NU tidak hanya al-Qur'an, sunnah, tetapi juga menggunakan kemampuan akal ditambah
dengan realitas empirik. Berdasarkan lokasi dan karakteristiknya, mayoritas
pengikut NU terdapat di pulau Jawa, Kalimantan, Sulawesi dan Sumatra. Tujuan
aliran NU yaitu untuk menegakkan ajaran Islam menurut paham Ahlussunnah
waljama'ah di tengah-tengah kehidupan masyarakat, di dalam wadah Negara
Kesatuan Republik Indonesia. Kemudian guna mencapai tujuan tersebut mereka
melakukan berbagai usaha dalam segala bidang salah satunya yaitu dalam bidang
agama, langkahnya mereka melaksanakan dakwah Islamiyah dan meningkatkan rasa
persaudaraan yang berpijak pada semangat persatuan dalam perbedaan.
c) PERSIS
(persatuan Islam)
Sebagai akibat pembatasan gerak yang dilakukan
oleh Belanda terhadap Jam’iyatul Chair, maka diadakanlah Persatuan Islam (
PERSIS ) yang didirikan oleh A. Hasan di Bandung pada tahun 1923. Tujuanya
yaitu untuk meningkatkan kesadaran beragama dan membentuk kader dengan membuka
sekolah dan madrasah. Dalam perkembangannya, organisasi ini menonjol dalam amar
makruf nahi munkar, terutama pemberantasan kemaksiatan.
Demikianlah pemaparan singkat mengenai sebagian
organisasi yang bersifat soft. Kontribusi sebagian organisasi yang bersifat
soft tersebut terhadap pembangunan karakter bangsa sangatlah besar. Karena
masing-masing dari organisasi memiliki tujuan yang mulia, untuk mempertahankan
nilai-nilai moral yang terkandung dalam ajaran agama islam kepada masyarakat
Indonesia khususnya pada jaman modernisasi seperti sekarang ini. Selain itu,
pergerakan organisasi tersebut tidak terfokus dalam bidang agama saja, akan
tetapi dalam bidang pendidikan pun gerakan organisasi tersebut Nampak. Misalnya
aliran Nahdlatul Ulama mendirikan lembaga-lembaga pendidikan yang bertujuan
untuk menyelenggarakan pendidikan yang sesuai dengan nilai-nilai Islam,
sehingga dapat membentuk muslim yang bertakwa, berbudi luhur, dan berpengetahuan
luas.
Sinkronitas
Aliran Soft Islamic Minority di negara yang pluralis
Kemudian timbulah pertanyaan apakah
aliran-aliran keislaman seperti
Muahmmadiyyah, Nahdatul Ulama, Persis yang bersifat soft
tersebut cocok atau tidak cocok jika diterapkan di Indonesia yang pluralis maka
pastilah akan menimbulkan jawaban yang relatif dan spekulatif. Dalam Negara Indonesia yang pluralis maka aliran-aliran keislaman yang bersfifat soft (lembut) harus dapat
menghormati dan menghargai sesama umat beragama sehingga kesatuan Negara
Republik Indonesia tidak terkesampingkan sedikitpun.
Pada umumnya aliran soft Islamic minority ini tidak
terlalu menimbulkan banyak gesekan dengan organisasi atau aliran keislaman
lainnya.
Akan tetapi di sisi lain apabila aliran islam terlalu lembut maka memungkinkan
terjadinya pelecehan bahkan penghinaan terhadap agama islam itu sendiri.
Seperti yang dikatakan Baqir
As-shadr bahwa fundamentalisme perlu dipertahankan untuk menjaga jati diri
islam itu sendiri dari ancaman negatif pluralitas.[3]
Pada akhirnya penyusun dapat menyimpulkan bahwa aliran
soft Islamic itu cocok apabila diterapkan di Negara Indonesia yang pluralis,
karena selain banyak yang menganut aliran tersebut, tujuan dari masing-masing
organisai/aliran itu sendiri mengajak kepada perdamaian dan mengajarkan
toleransi diantara umat beragama sehingga keharmonisan hubungan antar umat
beragama dapat terpupuk dengan baik.
Cara
mengajarkan islam di Indonesia
Agama Islam
merupakan agama yang mengajarkan tentang kedamaian dan membentuk karakter
umatnya agar sesuai dengan norma norma yang berlaku di dalam ajaran islam.
Apabila kita melirik kepada realita yang ada, agama islam itu tidak terlepas
dari kebudayaan masyarakat Indonesia. Bahkan terkadang ada beberapa ajaran
islam yang dicampur adukan dengan kebudayaan Indonesia. Contohnya : tradisi sesajen,
sekaten dan lain sebagainya. Maka perlu disadari bahwa cara mengajarkan Islam
di negara yang pluralis itu tidak semudah membalikan tangan, diperlukan metode
dan teknik khusus untuk mengajarkanya.
Islam hendaknya
diajarkan dengan penuh kesabaran dan keikhlasan. Kesabaran yang dimaksud disini
adalah kesabaran dalam proses pengajaran islam itu sendiri, kemudian keikhlasan
yaitu agar ajaran islam dapat diterima secara utuh oleh penerima/murid dari
pengajar karena adanya rasa rela dari dari pengajaran untuk memberikan ilmunya.
Kemudian apabila kita melihat bagaimana awal islam tersebar ke Indonesia
melalui jalur perdagangan, kemudian para penyebar islam berafiliasi dengan
kebudayaan dan kearifan lokal tidak dapat dipungkiri bahwa semua itu tersebar
dengan adanya rasa sabar dan keikhlasan yang mendalam dari peyebar islam itu
sendiri.
Oleh karena itu,
penyebaran islam melalui peleburan dengan kearifan-kearifan lokal dirasa lebih
efektif dalam penyebaran islam di Indonesia yang pluralis. Karena masyarakat
tidak dapat menerima langsung sesuatu yang baru dan bertolak belakang dengan
tradisi yang ada dan secara tidak langsung pendakwah/penyebar islam dituntut
untuk dapat menyisipkan ajaran-ajaran islam dalam kebudayaan dan tradisi yang
berlaku di masyarakat.
Prospek ke
depan aliran soft Islamic minority
Apabila kita melihat eksistensi dari aliran-aliran
keislaman yang beredar di masyarakat Indonesia, tidak ada kelompok atau
seorangpun yang menolak akan kehadiranya. Bahkan terjalin hubungan yang
harmonis diantara masyarakat dan aliran-aliran keislaman yang bersifat soft
(lembut, tenang) serta dapat terwujud kerukunan dan sifat saling menghargai dan
menghormati dalam umat beragama.
Disamping itu para pemimpin dari masing-masing aliran
tersebut menularkan ajaranya kepada umatnya sebagai bentuk regenerasi agar
ajaran yang menjadi identitas aliran tersebut dapat terjaga selalu hingga akhir
jaman. Hal tersebut sama halnya seperti organisasi sosial non-islam yang
menjaring orang untuk menularkan fahamnya guna menjaga kelangsungan
organisasinya di tengah carut marut modernisasi.
Adapun prospek aliran-aliran soft keislaman yang beredar di indonesia
kedepanya akan tetap eksistensi karena banyak orang yang menganut dan respon
dari masyarakat indonesia sangat baik dan dapat diterima.
Daftar Pustaka
As-Shadr , Baqir, “Risalatuna: Pesan Kebangkitan Umat, terj.” (Yogyakarta: Rausyan
Fikr, 2003)
http://tsaqibpermata.blogspot.com
http://pagenjahan.blogspot.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar