Akal merupakan salah satu unsur kejiwaan manusia untuk mencapai kebenaran keindahan dan kehendak dalam rangka mencapai kebaikan. Dengan akal inilah manusia dapat berpikir untuk mencari kebenaran hakiki. Terdapat dua macam berpikir; berpikir ilmiah dan berpikir alamiah. Dari dua macam berpikir ini akan dibahas hanya berpikir Ilmiah dan khusus tentang sarananya, yaitu sarana Ilmiah. Sarana Ilmiah pada dasarnya merupakan alat yang membantu kegiatan Ilmiah dalam berbagai langkah yang harus ditempuh. Pada langkah tertentu biasanya diperlukan sarana yang tertentu pula. Oleh sebab itu maka sebelum mempelajari sarana-sarana berpikir ilmiah sebaiknya kita menguasai terlebih dahulu langkah-langkah dalam kegiatan ilmiah.
Sarana berpikir
ilmiah pada dasarnya ada tiga yaitu; bahasa, logika dan matematika, serta
logika dan statistika. Bahasa ilmiah disini berfungsi sebagai alat komunikasi
untuk menyampaikan jalan pikiran seluruh proses berpikir ilmiah. Logika dan
Matematika mempunyai peranan penting dalam berpikir deduktif sehingga mudah
diikuti dan dilacak kebenarannya. Sedangkan logika dan statistika berperan
dalam berpikir induktif untuk mencari konsep-konsep yang berlaku umum.
Sarana berpikir
ilmiah mutlak perlu dipelajari dan dikuasai bagi seorang ilmuan. Akan tetapi
yang akan saya bahas dalam tulisan ini adalah Bahasa Ilmu.
A.
Pengertian Bahasa Ilmu
Pada dasarnya bahasa terdiri dari kata-kata atau istilah. Kata atau
istilah merupakan simbol dari arti sesuatu, dapat juga berupa benda-benda,
kejadian-kejadian, proses-proses atau juga hubungan-hubungan. Dari segi
sintaksis kalimat secara garis besar dibedakan menjadi dua macam yakni kalimat
bermakna dan kalimat tidak bermakna. Kedua macam kalimat itu bisa disebut
sebagai bahasa ilmiah. Jadi bahasa ilmiah adalah kalimat berita yang merupakan
suata pernyataan atau pendapat-pendapat[1].
Dalam penelaahan bahasa pada umumnya dibedakan antara bahasa alami
dan bahasa buatan. Bahasa alami yaitu bahasa sehari-hari yang biasa digunakan
untuk menyatakan sesuatu yang tumbuh atas dasar pengaruh alam sekelilingnya. Bahasa
alami dibedakan menjadi dua macam yaitu bahasa isyarat dan bahasa biasa,
sedangkan bahasa buatan adalah bahasa yang disusun sedemikian rupa berdasarkan
pertimbangan-pertimbangan akal pikiran untuk maksud tertentu. Kata dalam bahasa
buatan disebut “istilah”, sedang arti yang dikandung istilah itu disebut
“konsep”. Bahasa buatan dibedakan atas dua macam:
1)
Bahasa Istilahi, bahasa ini rumusannya diambil dari bahasa
biasa, yang diberi arti tertentu. Misal: Demokrasi (demos dan cratein), medan,
massa, daya (dalam ilmu fisika). Dalam bahasa ini terdapat sedikit kekaburan
oleh karena itu definisi diperlukan untuk menjelaskan arti yang dimaksudkan.
2)
Bahasa artifisial, adalah murni bahasa buatan. Atau juga sering
disebut bahasa simbolik. Bahasa berupa simbol-simbol sebagaimana yang digunakan
dalam logika maupun matematika. Bahasa ini mempunyai dua macam ciri khusus; 1)
tidak berfungsi sendiri atau kosong dari arti, oleh karena itu dapat dimasuki
arti apapun juga, 2) arti bahasa artifisial ditentukan oleh hubunganya.
Perbedaan antara bahasa alami dan bahasa buatan ialah isi
konseptual dalam istilah tertentu lebih sewenang-wenang, arbitrer, sedang makna
dari kata biasa bersifat kebiasaan sehari-hari, maka makna tidak perlu
didefinisikan. Berdasarkan uraian diatas bahasa buatan inilah yang dimaksudkan
dengan bahasa ilmiah. Dengan demikian bahasa ilmiah dapat dirumuskan bahasa
buatan yang diciptakan oleh para ahli dalam bidangnya dengan menggunakan
istilah-istilah atau lambang-lambang untuk mewakili pengertian-pengertian
tertentu. Dan pada dasarnya bahasa ilmiah merupakan kalimat-kalimat deklaratif
atau pernyataan yang dapat dinilai benar atau salah.
B.
Ciri-ciri bahasa ilmiah
Bahasa ilmiah merupakan
bahasa yang digunakan dalam ragam bahasa resmi. Bahasa ilmiah digunakan dalam penulisan-penulisan ilmiah atau
dalam penulisan ilmu pengetahuan. Ada tujuh ciri ragam bahasa keilmuan:
1. Cendekia
Bahasa yang cendekia mampu membentuk pernyataan
yang tepat dan seksama, sehingga gagasan yang dikemukakan penulisan dapat
diterima pembaca.
2. Lugas
Paparan bahasa yang lugas dapat
menghindari kesalahpahaman dan kesalahtafsiran isi kalimat dapat dihindari.
Penulisan bernada sastra harus dihindari.
3.
Jelas
Gagasan akan mudah difahami apabila bahasa yang dituangkan secara jelas dan
hubungan antar ringkasan yang satu dengan yang lainnya juga jelas.
4. Formal
Bahasa yang digunakan dalam komunikasi ilmiah bersifat formal. Tingkat keformalan
dapat dilihat pada kosa kata, bentuk kata dan kalimatnya.
5. Obyektif
Sifat obyektif tidak cukup dengan hanya menempatkan gagasan sebagai pangkal
tolak, tetapi juga diwujudkan dalam penggunaan kata.
6. Konsisten
Unsur bahasa, tanda baca, dan istilah sekali digunakan sesuai dengan kaidah
maka untuk selanjutnya digunakan secara konsisten.
7. Bertolak dari gagasan
Bertolak dari gagasan. Bahasa keilmuan digunakan dengan orientasi gagasan.
Pilihan kalimat yang lebih cocok adalah kalimat pasif, sehingga kalimat aktif
perlu dihindari.
8. Ringkas dan padat
Ciri dapat merajuk pada kandungan gagasan yang diungkapkan dengan unsur-unsur
bahasa. Karena itu, jika gagasan yang terungkap sudah memadai dengan unsur
bahasa yang terbatas tanpa pemborosan, ciri kepadatan sudah terpenuhi.[2]
Suatu wacana ilmiah
dikatakan baik apabila memiliki tiga kriteria seperti tersebut di bawahini yakni :
Adanya kohesi atau
kesatuan kohesi sebuah wacana dapat dicapai apabila semua kalimat yang membangun paragraf
dalam wacana itu secara bersama-sama menyatakan sebuah maksud tunggal atau tema
tunggal. Dengan kata lain, sebuah wacana dikatakan memiliki kesatuan jika semua kalimat yang
membangun paragrap dalam wacana tersebu tmendukung sebuah pikiran utama. Dengan demikian, setiap paragraph hanya mengandung sebuah pikiran utama atau satu pokok pikiran.Pikiran utama atau pokok pikiran yang didukung sebuah paragraph biasanya ditempatkan dalam sebuah kalimat topic atau kalimat pokok.
Adanya koherensi atau kepaduan
koherensi wacana dapat dilihat dari kepaduan hubungan antara kalimat-kalimat
yang membentuk suatu paragraf.Hubungan antara ide-ide yang terdapat dalam
paragraph baik ide pokok dan ide-ide penjelas hendaknya mudah ditangkap oleh pembaca.
Hal ini dapat dicapai dengan cara mengungkapkan gagasan secara teratur dan tidak menyimpang dari gagasan utama. Kepaduan sebuah paragraph dalam sebuah wacana dapat dilakukan dengan cara mengulang bagian kalimat yang dianggap penting.
Kelengkapan Sebuah wacana dikatakan lengkap apabila terdiri paragraph pembuka, paragrap penghubung dan paragraph penutup.
C.
Syarat-syarat bahasa ilmu
1. Objektif. Ilmu harus memiliki objek kajian yang
terdiri dari satu golongan masalah
yang sama sifat hakikatnya, tampak dari luar maupun bentuknya dari dalam.
Objeknya dapat bersifat ada, atau mungkin ada karena masih harus diuji
keberadaannya. Dalam mengkaji objek, yang dicari adalah kebenaran, yakni
persesuaian antara tahu dengan objek, sehingga disebut kebenaran objektif;
bukan subjektif berdasarkan subjek peneliti atau subjek penunjang penelitian.
2. Metode adalah
upaya-upaya yang dilakukan untuk meminimalisasi kemungkinan terjadinya
penyimpangan dalam mencari kebenaran. Konsekuensinya, harus ada cara tertentu
untuk menjamin kepastian kebenaran. Metodis berasal dari bahasa Yunani
“Metodos” yang berarti: cara, jalan. Secara umum metodis berarti metode
tertentu yang digunakan dan umumnya merujuk pada metode ilmiah.
3. Sistematis. Dalam perjalanannya mencoba mengetahui dan
menjelaskan suatu objek, ilmu harus terurai dan terumuskan dalam hubungan yang
teratur dan logis sehingga membentuk suatu sistem yang berarti secara utuh,
menyeluruh, terpadu , dan mampu menjelaskan rangkaian sebab akibat menyangkut
objeknya. Pengetahuan yang tersusun secara sistematis dalam rangkaian sebab
akibat merupakan syarat ilmu yang ketiga.
4. Universal. Kebenaran yang hendak dicapai adalah
kebenaran universal yang bersifat umum (tidak bersifat tertentu). Contoh: semua
segitiga bersudut 180º. Karenanya universal merupakan syarat ilmu yang keempat.
Belakangan ilmu-ilmu sosial menyadari kadar ke-umum-an (universal) yang
dikandungnya berbeda dengan ilmu-ilmu alam mengingat objeknya adalah tindakan
manusia. Karena itu untuk mencapai tingkat universalitas dalam ilmu-ilmu
sosial, harus tersedia konteks dan tertentu pula.
5. Religius. segala upaya yang dilakukan dalam mencari
ilmu digunakan dalam upaya mendekatkan diri kepada Sang Pencipta Ilmu, yaitu
Tuhan Yang Maha Esa.
D.
Hubungan bahasa dan ilmu
Bahasa memiliki tugas yang paling
penting yaitu memberikan kejelasan hubungan antara berpikir dan berbicara,
antara fungsi ekspresif dan representatif bahasa. Menjelaskan kondisi-kondisi
psikofisik dari ucapan, peranan individu dan komunitas dalam perkembangan
sebuah bahasa, hubungan antara tipe-tipe bahasa umum dan struktur bahasa khusus
menyelidiki sumber-sumber pertama sebuah bahasa dan hasil baru yang ada
sekarang dari bahasa itu pada anak kecil dan usaha-usaha lebih lanjut.
Pandangan-pandangan
pada filsafat bahasa berbeda terutama atas masalah hubungan antara yang
dipikirkan dan yang diucapkan. Sementara filsafat bahasa yang lebih tua sepakat
dalam mengakui kemandirian dan prioritas pikiran atas ucapan, tetapi tidak
sepakat dalam menjelaskannya misalnya, bahasa sebagai sesuatu disebabkan oleh
pikiran untuk maksud berkomunikasi arah empirik bahasa sebagai penampilan yang
adekuat penuh dari pikiran arah idealistik),
Beberapa pemikir modern
melihat pikiran diserap oleh ucapan (G.Ipsen) atau muncul dari ucapan (Stenzel).Analisis
konseptual bahasa dalam semua dimensinya dapat dilihat dari masalah
semantik.Jadi dengan bahasa bukan saja manusia dapat berpikir secara teratur,
namun juga dapat mengkomunikasikan apa yang sedang dia pikirkan kepada orang
lain. Namun bukan itu saja, dengan bahasa kita pun dapat mengekspresikan sikap
dan perasaan kita. Seorang bayi bila dia sudah kenyang dan hatinya pun sangat
senang, dia mulai membuka suara.
E.
Beberapa kekurangan Bahasa
Sebagai sarana komunikasi ilmiah maka bahasa mempunyai beberapa
kekurangan. Berikut ini beberapa keurangan Bahasa:
1.
Peranan Bahasa itu sendiri yang bersifat multi fungsi yaitu sebagai
sarana komunikasi emotif, afektif dan simbolik. Bahasa ilmiyah pada hakikatnya
haruslah bersifat obyektif tanpa mengandung emosi dan sikap; atau dengan
perkataan lain bahasa ilmiyah haruslah bersifat antiseptik dan reproduktif.
Dalam komunikasi ilmiah kita hanya membutuhkanaspek simbolik saja dari ketiga
fungsi tersebut ketika kita ingin mengkomunikasikan informasi tanpa ikatan
emotif dan afektif. Hal ini tidak mungkin terjadi, karena bahasa verbal mau
tidak mau tetap mengandung ketiga unsur yang bersifat emotif, afektif, dan
simbolik.
2.
Arti yang tidak jelas dan eksak yang dikandung oleh kata-kata
membangun bahasa. Umpamanya Jika kita ingin mengetahui arti dari istilah ilmu
maka sukar sekali bagi kita untuk mendefinisikan ilmu tersebut dengan sejelas
dan seeksak mungkin. Akan tetapi dipihak lain usaha untuk menyampaikan arti dan
seeksak mungkin dalam suatu proses komunikasi terdapat kemungkinan terjadi
ketidak komunikatifan, disebabkan bahasa yang bertele-tele dan membosankan.
Kita dapat mengambil contoh dari kehidupan sehari-hari, yaitu kata “cinta” kata
ini sering dipakai dalam lingkup yang sangat luas seperti antara hubungan ibu
dan anak, ayah dan anak, kakek dan nenek, dua orang kekasih, dua orang saudara,
perasaan pada tanah air, dan ikatan pada rasa kemanusiaan yang besar. Dalam hal
ini sukar bagi kita untuk memberi batasan yang tepat dan bersifat menyeluruh.
3.
Sifat majemuk (pluralistik) dari bahasa. Sebuah kata kadang-kadang
mempunyai lebih dari satu arti yang berbeda. Contohnya kata “ilusi”, dalam
kamus KBBI mempunyai arti; angan-angan; khayal; 1. Sesuatu yang memperdaya
pikiran dengan memberikan kesan yang palsu; 2. Suatu gagasan yang keliru; suatu
kepercayaan yang tidak berdasar; keadaan pikiran yang memperdaya seseorang.
4.
Ada beberapa kata yang memberikan arti yang sama. Sifat majemuk
dari bahasa ini sering menimbulkan apa yang dinamakan dengan kekacauan
semantik, dimana dua orang yang berkomunikasi berbeda, atau sebaliknya.
Contohnya, pengertian tentang ”usaha kerja yang sama terkoordinasi dalam
mencapai suatu tujuan tertentu”disebutkan sebagai administrasi, manajemen,
pengelolaan dan tatalaksana.
5.
Sering berputar-putar (sirkular) dalam mempergunakan kata-kata
terutama dalam memberikan definisi. Contoh: kata “pengelolaan” didefinisikan
sebagaikegiatan yang dilakukan dalam sebuah organisasi. Sedangkan organisasi
didefisikan sebagai suatu bentuk kerjasama yang merupakan wadah dari kegiatan
pengelolaan.[3]
Daftar Pustaka
Tim dosen
filsafat ilmu UGM, “Filsafat Ilmu”, (Yogyakarta: Liberty)
Drs. H Mohammad
Adib MA, Filsafat Ilmu, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar