Banyak sekali metode pembelajaran yang berkembang dalam dunia
pendidikan. Dari sekian banyak metode tersebut harus disesuaikan dengan tujuan
lembaga pendidikan itu sendiri. Karena keberhasilan suatu lembaga pendidikan
dalam mendidik siswanya tergantung dengan keselarasan metode pembelajaran dan
tujuan serta kondisi sosial lembaga itu
sendiri. Kondisi psiklogis peserta didik juga harus diperhatikan ketika proses
pembelajaran.
Oleh karena itu berikut penjelasan mengenai metode pembelajaran
khususnya metode langsung (al-Thariqah al-Mubasyarah) dan metode
gramatika-terjemahan (Thariqah al-Qawa’id wa al-Tarjamah).
A.
Macam-macam Metode Pembelajaran Bahasa Arab
Menurut
Drs. H. Syamsuddin Asyrofi, MM, bahwa metode pembelajaran bahasa Arab yang
relevan untuk pengajaran bahasa Arab di Indonesia antara lain:
1. Metode
gramatika-terjemahan (Thariqah al-Qawa’id wa al-Tarjamah).
2. Metode langsung
(al-Thariqah al-Mubasyarah).
3. Metode Membaca
(al-Thariqah al-Qiroah)
4. Metode
Audiolingual (al-Tharoqah al-Sam’iyah al-Syafahiyah).
5. Metode
Komunikatif.
6. Metode
Eklektik.
Dalam
tulisan ini hanya menjelaskan tentang metode langsung (al-Thariqah
al-Mubasyarah) dan metode gramatika-terjemahan (Thariqah al-Qawa’id wa
al-Tarjamah) beserta aplikasi dan implikasinya.
B. Metode Gramatika-Terjemahan (Thariqah al-Qawa’id wa al-Tarjamah)
1. Pengertian
Metode gramatika-terjemahan (Thariqah al-Qawa’id wa al-Tarjamah)
berasal dari dua metode; metode qawa’id dan metode terjemahan. Metode
qawa’id adalah metode yang menekankan pada penghafalan aturan-aturan gramatika
atau rules of grammar dan sejumlah kata-kata tertentu. Metode
terjemah adalah metode yang menitikberatkan pada kegiatan-kegiatan
menerjemahkan bacaan-bacaan mula-mula dari bahasa asing kedalam bahasa siswa,
kemudian sebaliknya .
Dari penjelasan kedua metode tersebut dapat ditarik pengertian
bahwa metode gramatika terjemahan adalah metode pembelajaran bahasa Arab yang
terfokus pada pengkajian kaidah-kaidah tata bahasa dan penerapanya didalam
penerjemahan suatu paragraf bacaan dari satu bahasa kedalam bahasa yang lain .
Jadi dalam metode ini siswa dituntut untuk dapat menjelaskan kaidah dalam suatu
bacaan yang dipelajari serta mampu untuk menerjemahkannya. Selain itu, metode
Gramatika-terjemah digunakan dalam sistem pembelajaran bahasa arab di pondok
salaf.
Metode ini muncul pada abad ke-15 ketika banyak sekolah dan
universitas di Eropa pada waktu itu mengharuskan pelajar atau mahasiswa belajar
bahasa latin karena dianggap mempunyai “nilai pendidikan yang tinggi” guna
mempelajari teks-teks klasik. Akan tetapi istilah Grammar Translation Method
baru dikenal pada abad ke-19, ketika metode ini digunakan secara luas di benua
Eropa.
Kemudian pengajaran Bahasa Arab yang pertama di indonesia adalah
untuk memenuhi kebutuhan seorang muslim dalam menunaikan ibadah, khususnya ibadah
shalat. Tujuan utama dari pengajaran bahasa arab ini adalah untuk pemahaman isi
kitab yang dipelajari bukan keterampilan membaca teks berbahasa arab, apalagi
keterampilan bahasa secara umum. Sedangkan pengajaran bahasa arab pada waktu
itu ditekankan kepada penguasaan gramatika (nahwu dan sharaf). Pada tahap kedua
bahasa arab diajarkan guna memahami fikih, aqaid, hadits, tafsir, dan ilmu-ilmu
bahasa arab seperti nahwu, sharaf dan balaghah, dengan buku teks berbahasa arab
yang ditulis oleh para ulama dari pelbagai abad dimasa lalu contohnya : Sullam
an-Najah; Sulam At-taifiq; Fath al-Qarib dan lain-lain. Kemudian metode yang
digunakan dalam pengajaran bahasa Arab pada tahap kedua ini adalah metode
gramatika-terjemahan (Qawa’id wa-Tarjamah). Pengajaran bahasa Arab pada tahap
ini, dapat digolongkan kedalam bentuk pengajaran bahasa arab untuk tujuan
khusus adalah yang paling dominan di tanah air dan diakui kontribusinya dalam
memahamkan umat islam indonesia terhadap ajaran agamanya.
2. Tujuan Metode
Gramatika-terjemah
Tujuan pokok pengajaran suatu bahasa asing adalah untuk
mengembangkan kemampuan membaca literatur yang ditulis dalam bahasa sasaran
(misalnya kitab-kitab kuning berbahasa arab). Metode ini meyakini benar bahwa
mempelajari suatu bahasa asing memberikan kepada siswa sebuah latihan mental
yang baik serta mampu membantu mereka mengembangkan kemampuan berfikir.
3. Model Sillabus
Metode tata bahasa-terjemah sangat menekankan pembelajaran pada
kosakata dan tata bahasa. Keterampilan membaca dan menulis adalah keterampilan
yang diutamakan dalam pembelajaran. Bahasa tulisan lebih diutamakan daripada
bahasa lisan karena itulah kemudian para siswa mempelajarinya. Bahan pelajaran
bahasa disusun berdasarkan urutan tata bahasa pada bahasa sasaran (bahasa arab).
Materi pelajaranya terdiri atas buku nahwu, kamus, atau daftar
kata, dan teks bacaan. Tata bahasa disajikan secara deduktif, yakni dimulai
dengan penyajian kaidah diikuti dengan contoh-contoh, dan dijelaskan secara
rinci dan panjang lebar. Dan kedudukan bahasa ibu (indonesia) dalam metode ini
digunakan sebagai bahasa pengantar dalam kegiatan belajar mengajar. Selain itu
guru hendak memperhatikan kemampuan nalar siswa, agar terjadi proses
pembelajaran yang inovatif penuh warna dengan peran aktif siswa didalamnya.
Kemudian tes yang diberikan untuk menguji kemampuan siswa dalam
bahasa arab adalah tes tertulis, dimana para siswa diminta untuk menerjemahkan
suatu teks atau kalimat dari bahasa arab kedalam bahasa indonesia atau
sebaliknya. Pertanyaan yang umum digunakan adalah pertanyaan-pertanyaan sekitar
budaya atau tuntutan terhadap siswa untuk menerapkan kaidah tata bahasa arab.
4. Aplikasi dan
implikasi metode Gramatika-terjemahan
Dalam metode ini bahasa arab disajikan dalam bab-bab; atau
pelajaran-pelajaran ketatabahasaan singkat yang masing memuat beberapa butir
atau kaidah tata bahasa yang disusun dan diilustrasikan dengan contoh-contoh.
Adapun contoh pembelajaran bahasa arab yang menggunakan metode ini adalah
sebagai berikut;
a) Kegiatan
pembelajaran diawali oleh guru dengan mengucapkan beberapa kosakata.
b) Siswa
menghafalkan kosa kata tersebut,
c) Guru
menjelaskan maknanya dengan menerjemahkannya kedalam bahasa indonesia.
d) Siswa mencatat
kata-kata baru (pada saat guru membacakan terjemahannya)
e) Guru
menggunakan bahasa indonesia untuk menyuruh beberapa orang siswa agar membaca
bahan bacaan pilihan dalam buku dengan suara nyaring.
f) Guru
memperbaiki kesalahan siswa apabila terdapat kesalahan dalam bacaanya.
g) Siswa
melanjutkan bacaanya tanpa mengulangi koreksi yang disampaikan oleh guru.
h) Guru
memerintahkan murid yang lain untuk membaca secara bergantian.
i) Siswa diminta untuk menerjemahkan kedalam bahasa Indonesia
beberapa kalimat yang baru saja mereka baca dan bila perlu guru juga memberi
bantuan kepada siswa yang menemukan kesulitan dengan menggunakan bahasa
Indoinesia.
j) Adanya
interaksi tanya jawab antara guru dan siswa dengan menggunakan bahasa Indonesia
dan juga bahasa Arab.
k) Sebagai tambahan guru memberikan dua jenis pertanyaan yang,
berbeda yang pertama mereka harus membuat kesimpulan atas pemahaman merekan
terhadap bahan bacaan, yang kedua para siswa dituntut untuk menghubungkan isi
bacaan dengan pengalaman hidup mereka sendiri beserta pengishlahanya.
l) Pemahaman
kosakata baru dan kosakata ulangan beserta latihannya.
m) Kemudian
melanjutkan pembelaran tentang kaidah tata bahasa yang dijelaskan secara
terperinci dalam bahasa Indonesia.
Adapun implikasi dari pembelajaran bahasa Arab dengan metode ini
adalah siswa mampu membaca dan menerjemahkan teks atau karya sastra berbahasa
Arab serta mampu menerangkan kaidah tata bahasa teks atau karya sastra
tersebut.
C. Metode Langsung (al-Thariqah al-Mubasyarah).
Metode Langsung adalah memfokuskan terhadap pembelajaran bahasa
Arab samadengan pembelajaran bahasa Ibu dengan menggunakan bahasa secara
langsung dan intensif dalam komunikasi. Oleh karena itu pelajar bahasa Asing
harus dibiasakan untuk berpikir dalam bahasa target(bahasa arab),dan untuk
mencapai kemampuan itu penggunaan bahasa ibu harus dihindarkan sepenuhnya.
Dalam metode ini keterampilan berbahasa mendengar, berbicara,
membaca dan menulis saling menguatkan antara yang satu dengan yang lainnya.
Hanya saja kemampuan berbicara dianggap sebagai pondasi utama(prioritas). Pada
umumnya metode ini digunakan di pondok pesantren modern yang memprioritaskan
bahasa asing sebagai alat komunikasi bagi komponen di dalamnya.
Metode ini muncul akibat ketidakpuasan terhadap hasil pengajaran
bahasa dengan metode gramatika terjemah dikaitkan dengan tuntutan kebutuhan
nyata di masyarakat. Menjelang pertengahan abad ke-19, hubungan antar negara di
Eropa mulai terbuka sehingga menyebabkan adanya kebutuhan untuk bisa saling
berkomunikasi aktif diantara mereka. Untuk itu mereka membutuhkan cara baru
belajar bahasa kedua, karena metode yang ada dirasa tidak praktis dan tidak
efektif. Maka pendekatan-pendekatan baru mulai dicetuskan oleh para ahli bahasa
di Jerman, Inggris, Prancis,dll.
Di Indonesia pengajaran bahasa arab dengan menggunakan metode
langsung di mulai di Padang Panjang oleh Ustadz Abdullah Ahmad, Madrasah
Adabiyah pada tahun 1909, dua bersaudara Zainuddin Labay El-Yunusi dan Rahmah
Labay El-Yunusiyah, Diniyah Putra (1915) dan Diniyah Putri (1923), dan Ustadz
Mahmud Yunus, Normal School,(1931); kemudian ditumbuhkembangkan oleh KH Imam
Zarkasyi di Kulliyatul Mualimin Al-Islamiyyah, Gontor Ponorogo.
Pada waktu itu ilmu tata bahasa arab (nahwu, shorof) mulai
diberikan dalam bahasa arab dengan metode induktif, disamping latihan intensif
qira’ah, insya’, dan muhadatsah. Dalam masa belajar 6 tahun seorang lulusan
perguruan islam modern ini telah mampu berkomunikasi dengan bahasa arab, lisan
dan tulis, dan mampu membaca buku berbahasa arab, dalam berbagai subjek
pengetahuan.
1.
Tujuan Metode Langsung (al-thariqoh al-mubasyaroh)
Metode ini bertujuan agar para siswa mempelajari bagaimana caranya
berkomunikasi dalam bahasa arab dengan sukses, dengan memperhatikan pentingnya
berfikir dalam bahasa sasaran.
2.
Model Sillabus
Dalam metode ini silabus yang digunakan didasarkan pada berbagai
situasi atau berbagai topik. Tata bahasa diajarkan secara induktif; yaitu para
siswa diperkenalkan dengan contoh-contoh terlebih dahulu lalu mereka berusaha
memahami kaidah-kaidah atau generalisasi kaidah yang ada dibalik contoh-contoh
tersebut. Aturan tata bahasa yang tegas (eksplisit) tidak boleh diberi. Para
siswa mempraktikkan kosakata dengan menggunakan kata-kata baru tersebut dalam
kalimat-kalimat lengkap. Dengan demikian pemilihan materi ajar lebih ditekankan
pada pengajaran kosakata daripada tata bahasa.
3. Aplikasi dan implikasi metode Langsung
(At-Thariqoh Al-mubasyarah)
Adapun aplikasi
dari metode ini adalah sebagai berikut;
a) Proses pembelajaran
diawali dengan para siswa membaca teks bacaan berbahasa arab
b) Guru meminta
siswa untuk mengajukan pertanyaan yang terkait dengan teks berbahasa arab
c) Guru menjawab
pertanyaan siswa dengan bahasa arab
d) Guru membimbing
para siswa untuk melatih pengucapan kata-kata
e) Guru mengajukan
beberapa pertanyaann kepada para siswa tentang apa yang ada dalam kelas
f) Para siswa
menyiapkan pertanyaan dan pernyataan masing-masing untuk diajukan kepada siswa
lain yang ada di kelas
g) Guru
menginstruksikan para siswa untuk kembali pada latihan yang ada dalam pelajaran
yang meminta mereka untuk mengisi titik-titik yang disediakan.
h) Para siswa
membaca sebuah kalimat secara nyaring dan menambahkan kata yang hilang seperti
mereka sedang membaca
i) Guru meminta para
siswa mengeluarkan buku catatan mereka lalu mendikte sekitar topik yang sudah
dibahas.
Daftar Pustaka
Prof. Dr. Aziz
Fachrurrozi, M.A., Pembelajaran Bahasa Asing (Metode Tradisional dan
Kotemporer), (Jakarta
Timur:Bania Publishing), 2000
Ahmad Fuad
Effendy, Metodologi Pengajaran Bahasa Arab, (Jombang: MISYKAT, Malang),
2009
Ayrofi MM, Drs
H Samsuddin, Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab, (Yogyakarta: Idea
Press) 2010
Tidak ada komentar:
Posting Komentar