Pendidikan karakter
adalah suatu sistem penanaman nilai-nilai karakter kepada segenap pendidik,
peserta didik, dan staff yang bekerja di sekolah yang meliputi komponen
kognitif, psikomotorik, afektif untuk melaksanakan nilai-nilai tersebut baik
terhadap tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama, lingkungan, maupun
kebangsaan sehingga menjadi manusia insan kamil[1]. Adapun pengertian yang
lainnya, pendidikan karakter merupakan proses pengembangan nilai-nilai karakter
pada diri peserta didik sehingga terinternalisasi dan tercermin dalam kehidupan
dirinya sebagai anggota masyarakat, dan warga negara yang religius, nasionalis,
produktif, dan kreatif[2].
Pendidikan karakter pada dasarnya harus mulai diterapkan
sejak dini atau pada usia taman kanak-kanak karena pada saat itu sebagai usia
awal dari penerapan pendidikan. Tidak terhenti sampai disana, pendidikan
karakter harus tetap berkelanjutan sampai jenjang berikutnya dalam dunia
pendidikan, seperti SD, SMP, SMP dan Perguruan Tinggi.
Dari beberapa pengertian diatas telas jelas bahwa
pendidikan karakter merupakan sebuah upaya untuk membentuk watak atau karakter
seseorang agar berakhlaq mulia dan berperilaku baik. Sehingga dapat
memudahkan proses pendidikan dan penanaman nilai-nilai kebaikan dari segala
aspek.
A. Sikap yang harus ada
dalam Pendidikan Karakter
Adapun sikap yang harus dimiliki dalam
pendidikan karakter adalah sebagai berikut:
1. Cinta Tuhan dan
alam semesta beserta isinya
2. Tanggung jawab,
kedisiplinan, dan kemandirian
3. Kejujuran
4. Hormat dan santun
5. Kasih sayang,
kepedulian dan kerjasama
6. Percaya diri,
kreatif, kerja keras dan pantang menyerah
7. Kepemimpinan dan
keadilan
8. Baik dan rendah
hati
9. Toleransi, cinta
damai, dan persatuan[3]
Kesembilan karakter
tersebut haruslah ditumbuhkan sejak dini sehingga akan
menimbulkan kebiasaan yang positif kepada pendidik dan peserta didik. Selain
itu komponen-komponen yang ikut terlibat dalam lembaga pendidikan itu,
hendaklah memberikan partisipasi terhadap proses pendidikan karakter yang
akhirnya dapat memberikan hasil yang luar biasa sesuai dengan tujuan dari
pendidikan karakter.
B. Relevansi novel “Bumi Cinta” dengan
Pendidikan Karakter
Nilai-nilai yang terkandung dalam novel “Bumi Cinta” dapat digolongkan menjadi
empat bagian, yaitu: 1) Nilai Pendidikan terhadap Allah SWT, 2) Nilai
Pendidikan terhadap diri sendiri, 3) Nilai pendidikan terhadap lingkungan.
Adapun penjelasan dari setiap penggolongan nilai tersebut adalah sebagai
berikut:
a. Nilai Pendidikan kepada Allah SWT
1. Cinta Kepada Allah SWT
Cinta
kepada Allah SWT dapat diwujudkan dengan melaksanakan segala perintahnya dan menjauhi segala larangannya.
Dengan penuh rasa cinta pada Allah
semata Ayyas memanjatkan do’a dalam getar suara menyesakan dada, “Ya Allah,
aku tetap memohon kepada-Mu agar Engkau selamatkan Shopia. Hanya Engkau yang
bisa menyelamatkannya Ya Allah. Engkaulah Dzat yang menghidupkan dan mematikan,
ya Allah berikanlah kesempatan kepadaku untuk memenuhi permintaan orang yang
berhijrah di jalan Mu akan tetapi jika Engkau menkadirkan Shopia mati, Ya
Allah, maka jadikanlah matinya itu sahid di jalan Mu. Dan terimalah dia dengan
penuh keridha’an-Mu jika itu yang terjadi ya Allah, maka sahidkan pula aku di
jalan Mu agar kelak aku bisa berjumpa denganya si Bumi Cinta Mu yang sejati,
yaitu surga yang Engkau sediakan bagi hamba-hamba Mu yang beriman dan beramal
saleh, kabulkanlah do’a ku Ya Allah.Amin[1]”
2. Berdo’a
Pengungkapan Kelemahan seorang hamba dihadapan
Sang Pencipta dan selalu mencoba meyakinkan diri bahwa Tuhan selalu ada
disisinya dalam setiap keadaan.
Ayyas menghelakan nafas..., ia
memejamkan mata dan berdo’a “A’udzubillahi min fitnatin nisaa[2]’!”
Selesai salam, Ayyas langsung
berdo’a sebagaimana diajarkan oleh Rasulullah SAW,
“Ya Allah hamba minta kepada-Mu
kebaikan daerah ini, kebaikan penghuninya dan kebaikan yang ada didalamnya. Dan
hamba berlindung kepada-Mu ya Allah dari buruknya daerah ini, dari buruknya
penghuni daerah ini dan segala keburukan yang ada didalamnya. Amin”[3]
3. Taubat (mohon ampun)
Memohon
ampun terhadap segala kesalahan yang dilakukannya
Dalam
sujud berulangkali dia memohon ampun kepada Allah SWT, berulangkali diucapkan
do’a nabi yunus ketika berada dalam perut ikan. “Tiada tuhan selain Engkau, Maha
Suci Engkau (Ya Allah), Sungguh aku termasuk orang-orang yang dzalim[4].”
4. Tawakal
Membebaskan diri dari segala ketergantungan kepada selain Allah SWT dan
menyerahkan segalanya pada Allah semata.
Ayyas
berusaha untuk kembali kepada Allah, menyerahkan dirinya sepenuhnya kepada Allah setiap kali memulai aktivitas apa
saja. Ia merasa dirinya lemah tiada berdaya, yang memberinya kekuatan adalah
Allah, yang memberikan kemampuan berfikir adalah Allah, dan yang menjaganya dari
segala yang tidak baik adalah Allah[5].
5. Syukur
Berterima kasih kepada Allah SWT atas nikmat-nikmat yang telah
dianugerahkan-Nya, yang dalam novel ini diungkapkan dalam kata “Alhamdulilah”
Apakah kau sudah melihat Apartemen di
Smolenskaya?” tanya ayyas pelan.
“ Belum. Aku harus sangat berhati-hati.
Aku tidak boleh lengah sedikitpun. Bagaimana kabarnya Yelena?”.
“Jadi kamu belum tahu kabar Yelena?.”
“Belum.
“Alhamdulillah, Yelena juga sudah
muslimah.”
“Benarkah?” linor tidak percaya.
“Benar”
“Yelena yang tidak percaya adanya Tuhan
itu sekarang Muslimah?[6]”
b. Nilai Pendidikan terhadap diri
sendiri
1.
Tanggungjawab
Merupakan sikap melakukan tugas
ataupun kewajiban yang harus dipenuhi baik terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan
negara dan tuhan Yang Maha Esa.
“......kamu
lalu minta maaf kepada Bu Tyas dengan wajah pura-pura memelas. Dan Bu Tyas mau
memaafkan asal kamu bediri di depan kelas selama Bu Tyas mengajar dalam satu semester.”
“Dan aku
mematuhi syarat Bu Tyas. Kejadian penjepretan itu di awal hampir satu semester selama pelajaran bahasa
inggris aku berdiri bagai patung di depan kelas dengan sat kaki. Sampai
beberapa teman perempuan kita menjuluki aku si bandit kecil berkaki satu.[7]”
2.
Disiplin
Merupakan perilaku yang menunjukan kepada suatu peraturan
yang berlaku dalam lingkungannya.
Professor Tomsky ternyata belum
tiba. Janji denganya memang pukul setengah sebelas dan sekarang baru pukul
sepuluh lebih seperempat, artinya ia datang lebih dulu seperempat jam. Seorang
perempuan tua gemuk pendek mendekat. Perempuan itu memakai kerudung kosinka
putih lazimnya perempuan tua di desa-desa russia. Matanya dihiasi kacamata yang
kecil bundar[8].
3. Jujur
Mengatakan
segala sesuatu sesuai dengan fakta empirik
”Apa
yang sebenarnya terjadi? Kenapa diriku yang dituduh? Bagaimana mereka
mendapatkan fotoku?” tanya ayyas yang diliputi tanda cemas dan bingung[9]
4.
Hormat dan Santun
Merupakan sikap menghargai dan
menghormati sesama manusia sehingga tidak menimbulkan perselisihan diantara
sesama.
“Yang aku heran, kamu
saat itu kok keliatan begitu tenang menjalani hukuman itu. Kamu juga tidak lari
pulang kerumah pada saat pelajaran terakhir.kamu begitu setia menunggu Bu Tyas masuk
kelas, lalu kamu dengan tanpa disuruh langsung ke depan kelas dan berdiri
dengan kaki satu, lalu diam bagai patung sampai kelas bubar. Apa sih yang
membuatmu melakukan kejahilan itu[10].”
5.
Percaya diri
Melakukan
segala hal sesuai dengan potensi yang dimilikinya.
Ayyas langsung berdiri dari tempat
duduk. Ia berdiri dengan tenang, kedua matanya memandang seluruh ruangan
bagaikan seorang raja memandang rakyatnya lalu ia berkata,
“Kalian
ingat puisi Paluson yanhg dikutip Leo Tostoy dalam cerpennya yang berjudul
tuhan dan manusia.”
Terdengarlah
gemuruh dari seluruh peserta bahwa mereka tidak ingat.
“Kalian mau aku bacakan puisi itu?”
Serentak mereka menjawab “ya
bacakanlah!”
Ayyas langsung mendeklamasikan puisi
itu dengan lantang,
“Topan yang menyembunyikan langit,
Angin pusar membawa salju
Sekarang ia mengaum bagai hewan buas
Sebentar kemudian bagai anak kecil
Ia merengut keluh[11]”
6.
Teguh Pendirian / Konsisten
Sikap
memegang teguh prinsip atau ideologi yang diyakini dan selalu mencoba menjaga
untuk tetap melaksanakan prinsip tersebut
“Kau tahu
Yas, Sopir tua ini menawari kita cewek Rusia?” kata Devi pada Ayyas
“Ya
aku tahu.”
“Kau
Mau?”
“Gila
kau Dev! Itu Zina! Haram!”
“He he
he! Baguslah kau masih kukuh memegang keyakinanmu. Aku ingin tahu seberapa
kukuh imanmu di sini. Kalau aku, sorry saja, aku sudah tidak mau dibelenggu
aturan agam apa pun, hehe.” Ejek David sambil terus terkekeh-kekeh[12].
c. Nilai Pendidikan Karakter terhadap
Lingkungan
1.
Memakmurkan Masjid
Salah satu cara dalam memakmurkan masjid yaitu dengan melaksanakan kewajiban didalamnya dan menjadikan masjid sebagai pusat kegiatan masyarakat
Ayyas memasuki masjid ada puluhan
orang didalam masjid yang sedang membaca al-qur’an dalam kelompok melingkar.
Adzan maghrib lima menit lagi. Ayyas mengambil air wudhu lalu duduk membaca
al-qur’an tak jauh dari lingkaran.
Adzan berkumandang. Panggilan cinta
dari Allah. Begitu sejuk, begitu merdu. Ayyas meneteskan air mata. Setelah
berhari-hari di Moscoa baru kali ini ia mendengar suara adzan. Dan baru kali
ini ia akan shalat berjama’ah di masjid[13].
2.
Mengajar Ilmu agama kepada generasi muda
Memberikan
ilmu yang dimiliki kepada anak-anak sehingga ilmu dapat bermanfaat bagi umat.
Setiap
malam, setelah shalat isya’ Ayyas menyempatkan diri ke rumah Alief untuk
mengajari Shamil dan Sarah bagaimana cara membaca al-qur’an dan bagaimana
shalat dengan benar[14].
3. Peduli terhadap sesama
Perilaku
menyimpan rasa empatik terhadap sesama manusia sehingga dapat menimbulkan
hubungan yang harmonis.
Ayyas
langsung teringat Allah. Bahwa diciptakanya manusia oleh Allah adalah untuk
beribadah kepadanya, untuk berbuat kebaikan di atas muka bumi ini karenanya. Ia
langsung teringat perintah Allah di dalam al-qur’an untuk menjaga nyawa orang
lain, bahwa menjaga hidup satu nyawa manusia itu sama dengan menjaga seluruh
umat manusia. Kalimat yang disampaikan perempuan tua itu berhasil menggugah
sisi iman ayyas.
“Baiklah. Mari
kita selamatkan satu nyawa umat manusia semampu kita.” Kata Ayyas[15]
Pendidikan Karakter
memiliki relevansi dan peran yang besar dalam pendidikan nasional seperti yang
tercantum dalam pasal 3 UU SISDIKNAS:
“Pendidikan Nasional berfungsi
mengembangkan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam
rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan pengembangan potensi peserta
didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha
Esa, berakhlaq mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga
negara yang demokratis serta bertanggung jawab[16].
Adapun sikap-sikap
Pendidikan Karakter dalam novel “Bumi Cinta” karya Habiburahman El-Shirazy yang
relevan dengan tujuan pendidikan nasional adalah sebagai berikut:
1. Keimanan yang kuat Kepada Allah SWT, artinya
memiliki kepercayaan yang kuat kepada Allah SWT dan rela untuk memberikan
segala sesuatunya kepada Allah SWT. Seperti yang tergambar pada novel tersebut
bahwa tokoh Ayyas mampu memegang teguh kepercayaanya kepada Allah SWT ketika
dalam lingkungan yang serba bebas dan menyerahkan segala perkara yang
dihadapinya kepada Sang Khaliq.
2. Pengungkapan Kelemahan seorang hamba dihadapan
Sang Pencipta dan selalu mencoba meyakinkan diri bahwa Tuhan selalu ada
disisinya dalam setiap keadaan. Seperti yang tergambar dalam novel bahwa Ayyas selalu
berdo’a kepada Allah SWT ketika menghadapi segala perkara yang dianugerahkan
kepadanya.
3. Menerima segala sesuatu yang dianugerahkan oleh
Allah SWT baik berupa perintah, larangan dan petunjuk dengan sepenuh hati tanpa
keraguan sedikit pun.
4. Membebaskan diri dari segala ketergantungan
kepada selain Allah SWT dan menyerahkan segalanya pada Allah semata.
5.
Berterimakasih kepada Allah SWT atas
nikmat-nikmat yang telah dianugerahkan-Nya.
6.
Berperilaku tidak bergantung dalam
menyelesaikan tugas-tugasnya.
7. Bersungguh-sungguh dalam mengatasi berbagai
hambatan dalam kehidupan dan menyelesaikanya dengan baik, dalam artian
mengatasi masalah tanpa masalah.
8.
Memberikan rasa kasih sayang terhadap sesama.
9. Memakmurkan masjid dengan melaksanakan
kewajiban didalamnya dan menjadikan masjid sebagai pusat kegiatan masyarakat.
10. Memberikan ilmu
yang dimiliki kepada anak-anak sehingga ilmu dapat bermanfaat bagi umat.
11. Berfikir kreatif
dalam menghadapi segala perkara sehingga dapat menimbulkan tindakan-tindakan
yang positif.
[1]
Akhmad sudrajat, Pendidikan
Karakter di SMP, http.wordpress.com diakses 28 Desember 2011
[2]
Said Hamid Hasan, dkk, Pengembangan
Pendidikan Budaya Dan Karakter Bangsa, (Jakarta:Badan Penenlitian dan
Pengembangan, 2010), hal 4.
[3]
Direktorat Jenderal Manajemen
Pendidikan Dasar dan Menengah
[6][3] Ibid, hal 41
[7]
Ibid, hal 114
[8]
Hibuburahman El-shirazy, Bumi
Cinta,(Jakarta: Basmala, 2010) hal, 291
[9]
Ibid, hal 537
[10][7] Ibid, hal 17
[11]
Ibid, hal 70
[12]
Habiburahman El-shirazy, Bumi
Cinta, (Jakarta:Basmala, 2010) hal, 451
[13]
Ibid, hal 17
[14]
Ibid, hal 309
[15][12] Ibid, hal 25
[16]
Habiburahman el shirazy, Bumi
Cinta, (Jakarta:Basmala,2010) hal 10
[17]
Ibid, hal 477
[18]
Ibid, hal 171
[19]
Undang-undang Republik Indonesia no
20 tahu 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (SISIDIKNAS),
(Yogyakarta:Pustaka Pelajar, 2007), hal 8.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar