Catatan Kecil yang Penuh Makna

saya ucapkan ahlan-wa sahlan biqudumikum, welcome, selamat datang, wilujeng sumping, sugeng rawuh. Blog sederhana ini berisi pengetahuan dan sekelumit kisah hidup ane, so jangan bosan-bosan untuk mampir dan nongkrongin blog gw yak...

Minggu, 14 Juli 2013

Pendidikan Karakter Tinjaun Novel Habiburahman El-Shirazy (Bumi Cinta)


 Pendidikan karakter adalah suatu sistem penanaman nilai-nilai karakter kepada segenap pendidik, peserta didik, dan staff yang bekerja di sekolah yang meliputi komponen kognitif, psikomotorik, afektif untuk melaksanakan nilai-nilai tersebut baik terhadap tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama, lingkungan, maupun kebangsaan sehingga menjadi manusia insan kamil[1]. Adapun pengertian yang lainnya, pendidikan karakter merupakan proses pengembangan nilai-nilai karakter pada diri peserta didik sehingga terinternalisasi dan tercermin dalam kehidupan dirinya sebagai anggota masyarakat, dan warga negara yang religius, nasionalis, produktif, dan kreatif[2].

Pendidikan karakter pada dasarnya harus mulai diterapkan sejak dini atau pada usia taman kanak-kanak karena pada saat itu sebagai usia awal dari penerapan pendidikan. Tidak terhenti sampai disana, pendidikan karakter harus tetap berkelanjutan sampai jenjang berikutnya dalam dunia pendidikan, seperti SD, SMP, SMP dan Perguruan Tinggi.   
Dari beberapa pengertian diatas telas jelas bahwa pendidikan karakter merupakan sebuah upaya untuk membentuk watak atau karakter seseorang agar berakhlaq mulia dan berperilaku baik. Sehingga dapat memudahkan proses pendidikan dan penanaman nilai-nilai kebaikan dari segala aspek.

A. Sikap yang harus ada dalam Pendidikan Karakter  
Adapun sikap yang harus dimiliki dalam pendidikan karakter adalah sebagai berikut:
1.    Cinta Tuhan dan alam semesta beserta isinya
2.    Tanggung jawab, kedisiplinan, dan kemandirian
3.    Kejujuran
4.    Hormat dan santun
5.    Kasih sayang, kepedulian dan kerjasama
6.    Percaya diri, kreatif, kerja keras dan pantang menyerah
7.    Kepemimpinan dan keadilan
8.    Baik dan rendah hati
9.    Toleransi, cinta damai, dan persatuan[3]
Kesembilan karakter tersebut haruslah ditumbuhkan sejak dini sehingga akan menimbulkan kebiasaan yang positif kepada pendidik dan peserta didik. Selain itu komponen-komponen yang ikut terlibat dalam lembaga pendidikan itu, hendaklah memberikan partisipasi terhadap proses pendidikan karakter yang akhirnya dapat memberikan hasil yang luar biasa sesuai dengan tujuan dari pendidikan karakter.  

B. Relevansi novel “Bumi Cinta” dengan Pendidikan Karakter
Nilai-nilai yang terkandung dalam  novel “Bumi Cinta” dapat digolongkan menjadi empat bagian, yaitu: 1) Nilai Pendidikan terhadap Allah SWT, 2) Nilai Pendidikan terhadap diri sendiri, 3) Nilai pendidikan terhadap lingkungan. Adapun penjelasan dari setiap penggolongan nilai tersebut adalah sebagai berikut:

                a. Nilai Pendidikan kepada Allah SWT

              1. Cinta Kepada Allah SWT

               Cinta kepada Allah SWT dapat diwujudkan dengan melaksanakan segala perintahnya dan        menjauhi segala larangannya.
Dengan penuh rasa cinta pada Allah semata Ayyas memanjatkan do’a dalam getar suara menyesakan dada, “Ya Allah, aku tetap memohon kepada-Mu agar Engkau selamatkan Shopia. Hanya Engkau yang bisa menyelamatkannya Ya Allah. Engkaulah Dzat yang menghidupkan dan mematikan, ya Allah berikanlah kesempatan kepadaku untuk memenuhi permintaan orang yang berhijrah di jalan Mu akan tetapi jika Engkau menkadirkan Shopia mati, Ya Allah, maka jadikanlah matinya itu sahid di jalan Mu. Dan terimalah dia dengan penuh keridha’an-Mu jika itu yang terjadi ya Allah, maka sahidkan pula aku di jalan Mu agar kelak aku bisa berjumpa denganya si Bumi Cinta Mu yang sejati, yaitu surga yang Engkau sediakan bagi hamba-hamba Mu yang beriman dan beramal saleh, kabulkanlah do’a ku Ya Allah.Amin[1]

             2. Berdo’a
          Pengungkapan Kelemahan seorang hamba dihadapan Sang Pencipta dan selalu mencoba meyakinkan diri bahwa Tuhan selalu ada disisinya dalam setiap keadaan.
                       Ayyas menghelakan nafas..., ia memejamkan mata dan berdo’a “A’udzubillahi min fitnatin nisaa[2]’!  Selesai salam, Ayyas langsung berdo’a sebagaimana diajarkan oleh Rasulullah SAW,                         “Ya Allah hamba minta kepada-Mu kebaikan daerah ini, kebaikan penghuninya dan kebaikan yang ada didalamnya. Dan hamba berlindung kepada-Mu ya Allah dari buruknya daerah ini, dari buruknya penghuni daerah ini dan segala keburukan yang ada didalamnya. Amin”[3]
           
            3. Taubat (mohon ampun)

               Memohon ampun terhadap segala kesalahan yang dilakukannya

            Dalam sujud berulangkali dia memohon ampun kepada Allah SWT, berulangkali diucapkan do’a nabi yunus ketika berada dalam perut ikan. “Tiada tuhan selain Engkau, Maha Suci Engkau (Ya Allah), Sungguh aku termasuk orang-orang yang dzalim[4].”
 
           4. Tawakal

       Membebaskan diri dari segala ketergantungan kepada selain Allah SWT dan menyerahkan segalanya pada Allah semata.

 Ayyas berusaha untuk kembali kepada Allah, menyerahkan  dirinya sepenuhnya kepada Allah setiap kali memulai aktivitas apa saja. Ia merasa dirinya lemah tiada berdaya, yang memberinya kekuatan adalah Allah, yang memberikan kemampuan berfikir adalah Allah, dan yang menjaganya dari segala yang tidak baik adalah Allah[5].

            5. Syukur
          Berterima kasih kepada Allah SWT atas nikmat-nikmat yang telah dianugerahkan-Nya, yang dalam novel ini diungkapkan dalam kata “Alhamdulilah”
Apakah kau sudah melihat Apartemen di Smolenskaya?” tanya ayyas pelan.
“ Belum. Aku harus sangat berhati-hati. Aku tidak boleh lengah sedikitpun. Bagaimana kabarnya Yelena?”.
                  “Jadi kamu belum tahu kabar Yelena?.”
                  “Belum.
                  Alhamdulillah, Yelena juga sudah muslimah.”
                  “Benarkah?” linor tidak percaya.
                  “Benar”
“Yelena yang tidak percaya adanya Tuhan itu sekarang Muslimah?[6]
                            
           b. Nilai Pendidikan terhadap diri sendiri
              1. Tanggungjawab
               Merupakan sikap melakukan tugas ataupun kewajiban yang harus dipenuhi baik terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan negara dan tuhan Yang Maha Esa.

“......kamu lalu minta maaf kepada Bu Tyas dengan wajah pura-pura memelas. Dan Bu Tyas mau memaafkan asal kamu bediri di depan kelas selama Bu Tyas  mengajar dalam satu semester.”
“Dan aku mematuhi syarat Bu Tyas. Kejadian penjepretan itu di awal  hampir satu semester selama pelajaran bahasa inggris aku berdiri bagai patung di depan kelas dengan sat kaki. Sampai beberapa teman perempuan kita menjuluki aku si bandit kecil berkaki satu.[7]
             2. Disiplin
                Merupakan perilaku yang menunjukan kepada suatu peraturan yang berlaku dalam lingkungannya.
Professor Tomsky ternyata belum tiba. Janji denganya memang pukul setengah sebelas dan sekarang baru pukul sepuluh lebih seperempat, artinya ia datang lebih dulu seperempat jam. Seorang perempuan tua gemuk pendek mendekat. Perempuan itu memakai kerudung kosinka putih lazimnya perempuan tua di desa-desa russia. Matanya dihiasi kacamata yang kecil bundar[8].

         
             3. Jujur
                 Mengatakan segala sesuatu sesuai dengan fakta empirik
     ”Apa yang sebenarnya terjadi? Kenapa diriku yang dituduh? Bagaimana mereka mendapatkan fotoku?” tanya ayyas yang diliputi tanda cemas dan bingung[9]

          4. Hormat dan Santun
                 Merupakan sikap menghargai dan menghormati sesama manusia sehingga tidak menimbulkan perselisihan diantara sesama.
                        “Yang aku heran, kamu saat itu kok keliatan begitu tenang menjalani hukuman itu. Kamu juga tidak lari pulang kerumah pada saat pelajaran terakhir.kamu begitu setia menunggu Bu Tyas masuk kelas, lalu kamu dengan tanpa disuruh langsung ke depan kelas dan berdiri dengan kaki satu, lalu diam bagai patung sampai kelas bubar. Apa sih yang membuatmu melakukan kejahilan itu[10].”

          5. Percaya diri
                 Melakukan segala hal sesuai dengan potensi yang dimilikinya.
 Ayyas langsung berdiri dari tempat duduk. Ia berdiri dengan tenang, kedua matanya memandang seluruh ruangan bagaikan seorang raja memandang rakyatnya lalu ia berkata,
“Kalian ingat puisi Paluson yanhg dikutip Leo Tostoy dalam cerpennya yang berjudul tuhan dan manusia.”
Terdengarlah gemuruh dari seluruh peserta bahwa mereka tidak ingat.
            “Kalian mau aku bacakan puisi itu?”
            Serentak mereka menjawab “ya bacakanlah!”
            Ayyas langsung mendeklamasikan puisi itu dengan lantang,
            “Topan yang menyembunyikan langit,
            Angin pusar membawa salju
            Sekarang ia mengaum bagai hewan buas
            Sebentar kemudian bagai anak kecil
            Ia merengut keluh[11]

          6. Teguh Pendirian / Konsisten
            Sikap memegang teguh prinsip atau ideologi yang diyakini dan selalu mencoba menjaga untuk tetap melaksanakan prinsip tersebut
“Kau tahu Yas, Sopir tua ini menawari kita cewek Rusia?” kata Devi pada Ayyas
                        “Ya aku tahu.”
                        “Kau Mau?”
                        “Gila kau Dev! Itu Zina! Haram!”
“He he he! Baguslah kau masih kukuh memegang keyakinanmu. Aku ingin tahu seberapa kukuh imanmu di sini. Kalau aku, sorry saja, aku sudah tidak mau dibelenggu aturan agam apa pun, hehe.” Ejek David sambil terus terkekeh-kekeh[12].

        c. Nilai Pendidikan Karakter terhadap Lingkungan
            1. Memakmurkan Masjid
          Salah satu cara dalam memakmurkan masjid yaitu dengan melaksanakan kewajiban didalamnya dan menjadikan masjid sebagai pusat kegiatan masyarakat
Ayyas memasuki masjid ada puluhan orang didalam masjid yang sedang membaca al-qur’an dalam kelompok melingkar. Adzan maghrib lima menit lagi. Ayyas mengambil air wudhu lalu duduk membaca al-qur’an tak jauh dari lingkaran.
Adzan berkumandang. Panggilan cinta dari Allah. Begitu sejuk, begitu merdu. Ayyas meneteskan air mata. Setelah berhari-hari di Moscoa baru kali ini ia mendengar suara adzan. Dan baru kali ini ia akan shalat berjama’ah di masjid[13].

             2. Mengajar Ilmu agama  kepada generasi muda
                 Memberikan ilmu yang dimiliki kepada anak-anak sehingga ilmu dapat bermanfaat bagi umat.
               Setiap malam, setelah shalat isya’ Ayyas menyempatkan diri ke rumah Alief untuk mengajari Shamil dan Sarah bagaimana cara membaca al-qur’an dan bagaimana shalat dengan benar[14].

             3. Peduli terhadap sesama
                  Perilaku menyimpan rasa empatik terhadap sesama manusia sehingga dapat menimbulkan hubungan yang harmonis.
                      Ayyas langsung teringat Allah. Bahwa diciptakanya manusia oleh Allah adalah untuk beribadah kepadanya, untuk berbuat kebaikan di atas muka bumi ini karenanya. Ia langsung teringat perintah Allah di dalam al-qur’an untuk menjaga nyawa orang lain, bahwa menjaga hidup satu nyawa manusia itu sama dengan menjaga seluruh umat manusia. Kalimat yang disampaikan perempuan tua itu berhasil menggugah sisi iman ayyas.
                        “Baiklah. Mari kita selamatkan satu nyawa umat manusia semampu kita.” Kata Ayyas[15]

Pendidikan Karakter memiliki relevansi dan peran yang besar dalam pendidikan nasional seperti yang tercantum dalam pasal 3 UU SISDIKNAS:
“Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan pengembangan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlaq mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab[16]. 

Adapun sikap-sikap Pendidikan Karakter dalam novel “Bumi Cinta” karya Habiburahman El-Shirazy yang relevan dengan tujuan pendidikan nasional adalah sebagai berikut:

1.      Keimanan yang kuat Kepada Allah SWT, artinya memiliki kepercayaan yang kuat kepada Allah SWT dan rela untuk memberikan segala sesuatunya kepada Allah SWT. Seperti yang tergambar pada novel tersebut bahwa tokoh Ayyas mampu memegang teguh kepercayaanya kepada Allah SWT ketika dalam lingkungan yang serba bebas dan menyerahkan segala perkara yang dihadapinya kepada Sang Khaliq.

2.   Pengungkapan Kelemahan seorang hamba dihadapan Sang Pencipta dan selalu mencoba meyakinkan diri bahwa Tuhan selalu ada disisinya dalam setiap keadaan. Seperti yang tergambar dalam novel bahwa Ayyas selalu berdo’a kepada Allah SWT ketika menghadapi segala perkara yang dianugerahkan kepadanya.               
3.    Menerima segala sesuatu yang dianugerahkan oleh Allah SWT baik berupa perintah, larangan dan petunjuk dengan sepenuh hati tanpa keraguan sedikit pun.
4.   Membebaskan diri dari segala ketergantungan kepada selain Allah SWT dan menyerahkan segalanya pada Allah semata.
5.         Berterimakasih kepada Allah SWT atas nikmat-nikmat yang telah dianugerahkan-Nya.

6.         Berperilaku tidak bergantung dalam menyelesaikan tugas-tugasnya.

7.   Bersungguh-sungguh dalam mengatasi berbagai hambatan dalam kehidupan dan menyelesaikanya dengan baik, dalam artian mengatasi masalah tanpa masalah.

8.         Memberikan rasa kasih sayang terhadap sesama.

9.      Memakmurkan masjid dengan melaksanakan kewajiban didalamnya dan menjadikan masjid sebagai pusat kegiatan masyarakat.

10.     Memberikan ilmu yang dimiliki kepada anak-anak sehingga ilmu dapat bermanfaat bagi umat.

11.   Berfikir kreatif dalam menghadapi segala perkara sehingga dapat menimbulkan tindakan-tindakan yang positif.



[1] Akhmad sudrajat, Pendidikan Karakter di SMP, http.wordpress.com diakses 28 Desember  2011
[2] Said Hamid Hasan, dkk, Pengembangan Pendidikan Budaya Dan Karakter Bangsa, (Jakarta:Badan Penenlitian dan Pengembangan, 2010), hal 4. 
[3] Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah

[4] Habiburahman El-Shirazy, Bumi Cinta, (Jakarta: Basmala, 2010) hal, 54


[5] Ibid, Hal 19
[6][3] Ibid, hal 41
[7] Ibid, hal 114
[8] Hibuburahman El-shirazy, Bumi Cinta,(Jakarta: Basmala, 2010) hal, 291
[9] Ibid, hal 537
[10][7] Ibid, hal 17
[11] Ibid, hal 70
[12] Habiburahman El-shirazy, Bumi Cinta, (Jakarta:Basmala, 2010) hal, 451
[13] Ibid, hal 17
[14] Ibid, hal 309
[15][12] Ibid, hal 25
[16] Habiburahman el shirazy, Bumi Cinta, (Jakarta:Basmala,2010) hal 10
[17] Ibid, hal 477
[18] Ibid, hal 171

[19] Undang-undang Republik Indonesia no 20 tahu 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (SISIDIKNAS), (Yogyakarta:Pustaka Pelajar, 2007), hal 8.
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar